Daycation Lombok, Dari Tanjung Aan ke Desa Sade Suku Sasak

Panorama Tanjung Aan - Safruddin Alwi
Trip singkat yang cuma sehari (daycation) di lombok ini memanfaatkan sela-sela waktu tugas. Saya sengaja mengambil jadwal flight paling telat untuk memanfaatkan waktu seharian menikmati lombok. Dengan waktu hanya sehari jelas tidak mungkin mengeksplore tempat-tempat paling eksotis di lombok, sebut saja gili-gili yang semakin populer tidak hanya di Indonesia. Jadi setelah menghabiskan waktu berbelanja oleh-oleh (menu wajib wisatawan Indonesia.. :D ) kami akan mengunjungi pantai tanjung aan di kawasan pantai kuta lombok tengah. Searah dengan tanjung aan kami juga akan mampir ke dusun sade, yang merupakan salah satu komunitas suku sasak tertua di lombok.
Paduan Pasir Putih dan Karang Tanjung Aan
Pantai Tanjung Aan
Enaknya traveling di lombok banyak pilihan obyek wisata yang relatif mudah diakses. Seperti pantai tanjung aan ini, memang masih ada bagian-bagian jalanan yang rusak, namun dengan waktu perjalanan selama satu jam  kita bisa sampai di lokasi. Rasanya hal-hal menarik yang biasanya dicari dari sebuah pantai ada disini. paduan pasir putih yang membentang panjang dan bagian lainnya yang tertutup karang menjadikannya sangat elok. Banyak wisatawann asing yang ke tanjung aan dengan membawa papan selancar, untuk menantang ombak di teluk yang terbilang cukup kuat. Pilihan menarik lain yang bisa dijelajahi adalah obyek wisata batu payung yang bisa diakses dengan perahu dari tanjung aan kurang lebih 15 menit. Lokasi yang terakhir ini, menjadi populer sejak dijadikan tempat syuting iklan rokok. Dikalangan pehobi fotografi batu payung juga menjadi salah satu obyek buruan di lombok.
Minusnya mungkin, dikarenakan lokasi pantai tanjung aan masih dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat menjadikannya kurang penataan. Banyak yang menyambi sebagai pedagang makanan dan souvenir. Mereka bisa berkali-kali menawarkan dagangannya, sekalipun sudah ditolak. Umumnya orang ke pantai untuk menikmati alamnya atau sekedar menyendiri, yang menjadi tidak nyaman jika harus disambi dengan berbelanja. Lagian umumnya kita tidak membawa dompet sebelum menyebur di pantai. Dalam bayangan saya, akan lebih nyaman jika lokasi jualan souvenir dan makanan dipusatkan disatu tempat. Kurang lebih seperti yang ada di Lagoi bintan. Jadi seselesainya mengeksplore pantai bisa dilanjut berbelanja bagi yang ingin. 
Dusun Sade, Suku Sasak - Safruddin Alwi
Dusun Sade, Suku Sasak
Lokasi dusun sade cukup dekat dari bandara. Dapat ditempuh dengan perjalanan kurang lebih 30 menit. Mereka adalah masyakarat suku sasak yang hidup berkelompok dalam satu guyub. Di dusun sade ada sekitar 150 rumah yang kesemuanya masih satu rumpun keluarga. Guide kami bercerita bahwa tradisi dan kelompok suku sasak di dusun sade ini sudah ada sejak tahun 1.079. Yap.. hampir seribu tahun yang lalu. Bentuk bangunan rumah masih mempertahankan budaya turun temurun tersebut. Dengan atap dari ilalang, dinding jelaja dan lanti tanah yang dimaintenance dengan (maaf) kotoran kerbau. Bahan tersebut konon mencegah lantai rumah yang berupa tanah tersebut tidak mudah retak. Bangunan rumah ini tidak cukup besar, hanya ada tiga bilik di dalamnya untuk dapur dan kamar tuan rumah, serta dua bilik kamar masing-masing untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Kamar tuan rumah yang digabung dengan dapur juga digunakan untuk proses persalinan. Kamar mandi dibangun terpisah, yang letaknya biasanya di depan rumah.
Pengrajin Songket Suku Sasak
Sekalipun banyak sekali warganya yang berjualan souvenir, mulai dari handycraft sampai dengan kain songket, mata pencaharian utama masyarakat di dusun sade adalah petani. Makanya sebagian besar pengrajin songket tersebut adalah wanita. Mulai dari proses pemintalan benang sampai dengan proses tenun menggunakan alat tradisional. Budaya yang masih dipertahankan meskipun sudah ada pasokan listrik di dusun ini. 
Melihat lokasi dusun sade dan perilaku masyarakatnya, saya cukup heran. Dalam bayangan saya sebelumnya mereka seperti keberadaan suku kajang di sulawesi selatan, yang cukup terisolasi secara geografis dan tertutup terhadap pendatang. Sehingga masyarakat suku kajang tersebut dapat menjaga garis trah kekeluargaan dalam kelompoknya, dengan tradisi pernikahan dan tatanan sosialnya yang masih murni. Namun di suku sasak dusun sade cukup unik, mereka lebih terbuka dengan masyarakat luar dan relatif mudah diakses dari segi geografis. Sebagai gambaran, jika kita ingin berkunjung ke suku Kajang di Sulsel kita harus mengenakan pakaian hitam/gelap dan meminta izin ke pemimpin suku. Tidak demikian dengan suku sasak dusun sade. Sekalipun lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat diluar kelompoknya yang memiliki perbedaan kultur, warganya tetap menjaga tradisi dan budayanya.
Masjid di Dusun Sade
Ditengah-tengah perkampungan berdiri sebuah masjid yang diberi nama nur syahada. Saya penasaran dari manakah syiar islam sampai ke dusun sade ini. Dengan melihat sejarahnya dimana dikawasan bali dan nusa tenggara agama hindu lebih dulu dikenal dan berkembang luas. Dan mengingat keberadaan suku sasak di dusun sade yang sudah hampir seribu tahun yang lalu, menjadi sangat menarik mengetahui bagaimana masyarakat disini berinteraksi dan menerima syiar islam. Sayangnya saya tidak memiliki referensi tentang hal tersebut. 
Bersama Guide kami
Waktu yang singkat tidak berarti sedikit yang bisa dinikmati dari traveling kali ini. Yang pasti Lombok destinasi wisata yang sangat menarik. I put it on my bucket list. Kepp traveling, keep happy. SALAM.

Share this:

0 komentar