Sensasi Berwisata Di Toraja

Tongkonan Dengan Atap Batu yang Berusia Ratusan Tahun
Toraja menempati wilayah pegunungan yang subur di bagian utara Sulawesi Selatan, yang secara administratif sekarang dimekarkan menjadi Tana Toraja dan Toraja Utara. Jauh sebelum dikenal sebagai destinasi wisata, Toraja sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda sebagai sumber hasil bumi. Lereng-lereng gunung di Toraja sebagian besar di sulap menjadi persawahan yang hijau nan subur. Belum lagi jika kita ingin membahas produk unggulan perkebunannya, Kopi Toraja. Saya yang pecinta kopi seperti anak kecil yang tersesat di toko permen. Sejak hari pertama daftar oleh-oleh posisi satu dan dua sudah diisi dengan kopi arabika dan robusta dari Toraja. Orang bugis menyebutnya To Riaja, masyarakat yang tinggal dipegunungan. Kurang lebih mungkin seperti itu asal usul kata Toraja, sekalipun ada versi lain dari cerita ini. Budaya dan tradisi masyarakat toraja merunut sejarah yang panjang ke belakang bahkan sejak jaman batu menhir dan animisme. Kali ini saya akan membagi sensasi berwisata yang tidak biasa di Toraja, Sulawesi Selatan. Menengok situs arkeologi dan peninggalan sejarah yang tidak tersimpan di museum namun tetap menjadi bagian dari keseharian masyarakat, dan memotret keindahan alam serta budaya Toraja.
Tanah Subur To Riaja
Beberapa tempat wisata sudah cukup populer dan menjadi daftar wajib untuk dikunjungi selama di Toraja. Sebut saja jejeran tongkonan, kuburan batu dan pusat kerajinan Ketek Kesu' yang berada di Rantepao Toraja Utara. Dapat ditempuh kurang lebih 30 menit dari Kota Makale. Secara umum tempat ini cukup representatif dengan parkiran yang cukup luas dan tersedia toko-toko souvenir yang menjual ukiran serta kerajinan lainnya sebagai buah tangan. Daya tarik utama dari Ketek Kesu' adalah barisan rumah tongkonan yang masih asli. Tongkonan yang lebih modern dibuat dengan atap spandek dan beberapa sudah menggunakan rangka beton dan dinding bata. Namun di sini rumah tongkonan dibuat dengan atap bambu yang disusun membentuk kurva serta rangka yang seluruhnya terbuat dari kayu yang disampung dengan pasak. Tradisi di Toraja tongkonan dibuat harus menghadap utara dan terdiri dari dua bagian, tongkonan yang berukuran besar sebagai rumah tinggal dan tongkonan yang lebih kecil digunakan sebagai lumbung padi.
Ketek Kesu'
Tempat lainnya yang juga sudah cukup populer adalah Londa, yang relatif lebih dekat dari Malake. Londa adalah tempat pemakaman. Budaya Toraja sangat lekat dengan upacara pemakaman dan tradisi memakamkan jenazah dengan menempatkan sang jenazah dalam gua atau tebing batu yang dipahat membentuk liang. Ada sedikit pergeseran budaya. Mungkin karena tidak mudah mendapatkankan tempat di gua atau membuat liang di tebing batu untuk menempatkan jenazah, saat ini sebagian masyarakat membuat semacam bangunan rumah sebagai tempat persemayaman jenazah keluarga. Di Londa masih terdapat gua alami dan tebing batu yang digunakan untuk menyimpan jenazah. Jasad yang mungkin sudah berusia ratusan tahun hingga yang masih baru ada di gua londa ini. Saat berziarah masyarakat setempat terbiasa menyimpan uang receh dan rokok di dekat tulang belulang jenazah. Sayang sekali beberapa tempat jenazah telah rusak dan tulang belulang jenazah yang mungkin sudah tidak dikenali digabung disatu tempat secara acak.
Kuburan Batu
Gua Londa
Di suatu waktu saya melakukan perjalanan di daerah Rembon dan saya mendapat cerita dari masyarakat bahwa ada satu rumah tongkonan di Toraja yang sudah berusia ratusan tahun. Uniknya lagi tidak seperti tongkonan pada umumnya yang menggunakan atap dari bambu atau yang lebih modern dari spandek/seng rumah tongkonan tersebut menggunakan atap batu. Yap, batu-batu cadas yang dipahat membentuk lempengan kemudan diberi lubang dan dirajut dengan rotan membentuk atap. Seperti kebanggaan masyarakat Toraja pada umumnya, setelah melakukan rambu solo (upacara kematian) tanduk-tanduk kerbau yang dikorbankan dalam acara tersebut dijejer dekat pintu masuk rumah. Di tongkonan tua ini juga ada puluhan tanduk kerbau yang sudah kering dan membatu dijejer dekat pintu masuk tongkonan. Saya sempat bertemu dengan pemilik rumah tongkonan batu ini, menurutnya rumah tongkonan ini dibangun oleh leluhurnya dan sudah berusia ratusan tahun. Sejumlah peneliti arkeologi pernah datang untuk meneliti tongkonan tersebut. Bahkan beberapa peneliti dari luar negeri. 
Penjual Kerbau
Tedong Bonga, Kerbau Paling Mahal Di Dunia
Kerbau atau biasa disebut tedong menjadi bagian penting bagi budaya Toraja. Selain karena latar belakang usaha masyarakat setempat yang beternak dan bertani yang sudah pasti menggunakan kerbau, Dalam sejumlah ritual juga kerbau menjadi simbol budaya. Saking pentingnya sampai ada pasar yang khusus untuk jual beli kerbau. Uniknya pasar kebaru ini hanya ada sekali dalam seminggu dengan hari yang terus berganti dan tempat yang berganti-ganti pula dengan cara bergilir. Pasar yang terbilang luas akan penuh dengan kerbau, hanya ada kerbau yang diperdagangkan. Harga kerbau sangat bervariasi. Tidak hanya ditentukan oleh besar kecilnya kerbau, tapi juga sampai pada kriteria-kriteria tertentu yang tidak umum digunakan. Terutama kerbau yang akan digunakan dalam upacara adat. Pemuka adat akan melihat baik-baik kriteria sebuah kerbau: tanduk, warna kulit, warna mata, bulu ekor dan detail-detail lainnya sebelum menentukan harga kerbau. Kisaran harga kerbau mulai dari 15 juta sampai dengan 1 Milyar. Saya tidak salah sebut, kerbau tertentu ada yang dihargai 1 milyar, setara dengan 4 unit kijang innova tipe tertinggi. Yang menjadi primadona tentu saja kerbau belang yang disebut Tedong bonga. Seekor tedong bonga jantan yang berukuran jumbo, bertanduk putih, dengan corak kulit dan mata serta ekor yang bagus akan dihargai sangat tinggi. Bahkan bisa mencapai 1 milyar.
Adu Kerbau
Upacara adat yang paling utama di Toraja bukan upacara pernikahan atau lahiran seperti didaerah lain. Upacara ada yang utama dalah upacara kematian rambusolo. Jika seorang anggota keluarga meninggal, maka jenazah tersebut akan diawetkan dan disimpan di dalam rumah selama beberapa bulan bahkan tahun. Sambil menunggu kesiapan keluarga untuk menggelar rambusolo. Ini adalah upacara besar yang membutuhkan waktu untuk persiapan dan dana yang tidak sedikit. Salah satunya untuk membeli kerbau dan babi untuk dipotong sebagai bagian dari upacara rambusolo. Namun disinilah letak ikatan tradisinya. Jika seorang anggota keluarga meninggal dan sang anak menyelenggarakan rambusolo, keluarga-keluarga jauh sang anak akan menyumbang kerbau dan babi untuk dipotong di upacara rambusolo. Dan nantinya sang anak punya kewajiban moral untuk ikut membantu menyumbang kerbau dan babi bagi keluarga yang dahulu pernah menyumbang kepadanya. Hanya kerbau jantan yang digunakan dalam rambusolo. Dalam suatu upacara kerbau dan babi yang dipotong bisa berjumlah belasan bahkan puluhan. Sebelum kerbau tersebut digunakan dalam upacara, Ada ritual adu kerbau untuk hiburan bagi sanak keluarga yang hadir di upacara rambusolo.
Kebersamaan dalam Rambu Solo
Sekalipun intinya rambusolo adalah upacara kematian, namun saya melihatnya sebagai pusat tradisi. Masyarakat Toraja sebenarnya sangat plural. Mereka sebagian besar beragama kristen dan masih ada yang menganut kepercayaan To Allo serta sebagian kecil muslim. Namun dalam upacara rambusolo sekat-sekat agama tersebut bukan suatu hambatan. Di upacara tersebut penyelenggara upacara membuat tempat khusus bagi tamu yang muslim dan hanya menyajikan makanan halal bagi mereka. Ini untuk menjaga keyakinan saudara yang muslim dan menghindari mereka menyantap yang haram. Tanpa membeda-bedakan atribut agama semuanya mengambil bagian dan membantu penyelenggaraan upacara.
Berkabung
Masyarakat toraja cukup banyak yg merantau keluar daerah. Upacara rambusolo menjadi ajang berkumpul dan saling mengenal kembali sanak saudara. Tua dan muda berkumpul dalam suasana duka dan berkabung. Berwisata di Toraja tidak hanya untuk mengenal alam yang indah. Ada banyak warna budaya dan sejarah yang turut menjadi karakter Indonesia. Yuk kenali Indonesiamu.

SALAM,

Share this:

0 komentar