Pantai Melur After Sunset

Harmoni tentang alam
"Alam sudah diciptakan serasi dan harmonis, bagian-bagian di dalamnya saling terkoneksi membentuk hubungan yang saling mengisi saling mengimbangi. Termasuk hidup kita di dalamnya. Jadinya cukup aneh jika dengan sengaja kesalahan kita merusak hubungan yang kuat tersebut, namun tetap berharap alam tetap serasi dan harmonis. Karena kita tidak pernah siap menanggung akibat dari kerusakan alam yang kita ciptakan sendiri."

Akhir tahun lalu berita tentang tumpahan 25 ton minyak hitam di pantai Mentarau daerah Tiban menjadi salah satu hot news di Batam. Betapa tidak upaya recovery-nya saja sudah banyak menyita tenaga dan biaya. Pemerintah langsung reaktif dibantu TNI AL dan masyarakat nelayan untuk menanggulangi tumpahan minyak yang mengotori pantai. Belum lagi jika harus membayangkan kerusakan alam dan multiplier effectnya dalam jangka panjang. Sudah saatnya kita lebih mengutamakan kehati-hatian, dan mengantisipasi setiap kemungkinan kerusakan yang sangat mungkin kita ciptakan sendiri.
Deskripsi diatas sekilas pengingat bahwa anugerah alam yang sudah cantik ini sangat perlu untuk dijaga. Di tulisan ini saya akan bercerita tentang kekaguman saya di salah satu pantai terindah di Batam. Sebenarnya cukup banyak pantai yang mempesona di batam, sehari tak akan cukup untuk melihat semua pantai-pantai indah tersebut. Namun sebagian besar pantai yang masuk Top list sudah menjadi resort-resort mewah yang privat. Butuh gocek yang tidak sedikit untuk menikmati resort dan pantai-pantai itu. Nah pantai melur ini salah satu dari top list tersebut yang dikelola oleh semacam paguyuban masyarakat nelayan di sekitar melur. Bayangkan untuk masuk ke pantai secantik ini cuma butuh 15 ribu perak per mobil tak peduli seberapa banyak orang yang ada di mobil itu. Cerita lengkap perjalanan dan keelokan pantai melur ini akan ada di tulisan berikutnya. masih ada pojok-pojok lain penuh kejutan yang perlu dijelajahi. 
Menikmati pantai Melur
Secara khusus kali ini saya dan istriku tercinta ke melur sekedar untuk menyegarkan hati. Kami punya tradisi unik dalam setahun kami selalu menyempatkan melihat sunset dan sunrise di alam bebas. Pantai, puncak gunung, kampung nelayan dan tempat lainnya sudah kami datangi sekedar menikmati sunset atau sunrise. Menurut kami tradisi ini seperti proses recharge supaya lebih bersyukur dan lebih balance dalam hidup. Tidak banyak yang kami lakukan, sekedar duduk-duduk di atas pasir sambil bercerita banyak hal. Membasahi ujung-ujung kaki kami dengan air laut yang datang menggulung. Atau hanya tingkah dan tarian yang konyol. Memotret bagi saya dan menulis beberapa ceritera bagi istri saya tentu saja tapi bukan menu utama.
Sunset di pantai melur
Bagi sebagian kita sunset mungkin hal lumrah. Selalu ada setiap hari menjelang malam dan tetap di sebelah barat, setidaknya seperti itu sebelum kiamat. Tapi lumrah ataupun istimewa kita lah yang memaknainya. Dinamis sekali melihat perubahan matahari dan cahayanya, tak heran momen ini menjadi perburuan pecinta foto. Terutama di tempat-tempat wisata, selalu menarik mengabadikan saat matahari tenggelam di horison sana. Di melur garis pantainya cukup panjang dan membentang tepat ke arah barat. Karena berada di perairan yang teduh banyak kapal tanker yang berlabuh tak jauh dari garis pantai. Saat surut sisa-sisa biota laut yang tertinggal di pantai jadi pemandangan lainnya. Sesekali pompong-pompong nelayan hilir mudik. Mempersiapan aneka peralatan untuk di bawah melaut nanti malam. Setelah matahari benar-benar terbenam kami masih berdiam sebentar, tak kemana-mana. Ada momen sesaat ketika perlahan pandangan kami menggelap ada warna warni yang tersaji di atas horison yang ditinggal matahari. Terkadang ujung-ujung berkas sinar matahari masih tampak membelah di sela-sela awan yang memerah terbakar. Mengesankan sekali terlalu sayang jika sesuatu seindah ini pada akhirnya harus rusak.
Pantai Melur After Sunset

Share this:

0 komentar